@brofahroe with sam Ikul |
Wartawan Arsen
Sabtu kemaren aku menjajal menjadi wartawan sepakbola, menduduki kursi yang sama sekali belum pernah aku tempati sejak aku menonton Arema.
Dari masih Arema Malang sampai Arema Indonesia. Malam itu aku duduk di Kursi VVIP Stadion Kanjuruhan Kepanjen, ada meja-nya pula bertuliskan "khusus wartawan". Padahal aku cuma bermodalkan Camera Canon 450D + lensa 55-250mm dan sedikit ngecap dari "aremasenayan.com". Alhasil foto foto bidikanku bisa di lihat web AremaSenayan.com. Ternyata lebih asik menonton di tribun Ekonomi seperti biasanya, bernyanyi berjoget sambil mendukung tim kesayangan Arema Indonesia. Di VVIP, rasanya hambar, sepi dan tidak seru.
Porong Banjir, Bayangkan Macetnya
Minggu, aku merencakana untuk balik ke Surabaya sore hari dan mampir dulu di singosari, tapi rencana tinggal rencana, hujan tiada henti mengguyur rumahku dan kotaku dari jam 12siang sampai maghrib tiba. Dan, memang aku harus ke kosan malam ini, daripada menunggu besok pagi aku khawatir tidak bisa bangun pagi karena cuaca dingin, dan malah terlambat ngantor.
Aku pikir dengan berangkat malam, akan mengindari macetnya Porong yang terkenal dengan lumpur lapindonya. Dengan berbekal keyakinan itu, aku memacu Scorpioku dengan kecepatan sedang (sekitar 80Km/jam) menyusuri Jalan poros Malang-Surabaya. Jalanan lumayan longgar, misalkan aku mau lebih ngebut pun bisa, tapi aku tetap stabil memegang gas motorku.
Setelah melewati kota pandaan atau tepatnya di daerah Gempol, mulai terlihat agak ramai mobil berjalan dibawah kecepatan standar luarkota, bis dan truk pun pelan pelan. dalam benakku, "mosok bengi bengi porong yo macet ae rek". Dan itu benar, di pertigaan Japanan terjadi, mobil roda empat, truk dan bis menumpuk disini. Hmm, untunglah aku menunggangi Scorpio, aku melewati bahu jalan bak motor kesetanan, sesekali aku tarik gasku (istilah jawanya Mblayer).
Aku masih bertanya tanya kenapa bisa macet di jam semalam ini (+- 23.00), sambil berpikir aku terus melaju di bahu jalan tanpa menghiraukan macet yang dialami para mobil. Sampai di pasar porong baru aku sadar apa penyebab macet ini, yaitu genangan air. Aku beruntung memiliki Scorpio, motor laki yang tinggi dan gagah bak supermoto (rencananya sih...).
Genangan air di bahu jalan aku babat habis, cipratan air pun membahasi ujung celanaku dan tentunya alas kakiku. Mendekati daerah wisata porong (aku tandai dengan SPBU di kiri Jalan -dari arah Malang) genangan air semakin menggila, kira kira setinggi 30cm. Aku berencana mengeluarkan kameraku, tapi ku urungkan lagi karena takut kecpratan air.
Melewati SPBU itu, bukan genangan lagi yang ada melainkan arus air bah yang mengalir dari timur ke barat menyeberangi jalan raya. Aku sempat kesusahan mengendalikan scorpioku ini, karena air sudah setinggi mesin dan kenalpotku sudah didalam air. Sempat hampir kehilangan nafas, tapi kupertahankan tarikan gas dan sesekali mengkombinasikan dengan tarikan tuas kopling. Ada mobil yang memaksakan diri masuk di genangan air, dan akibatnya aku terciprat air bah yang beraroma lapindo sepanjang celanaku. Dari pangkal sampai ujung, bahkan tas kameraku pun terkena air, tapi masih terlindung lapisan anti air di tasku, jadi kamera pun aman.
Alhamdulillah, banjir itu hanya di di Sepanjang tanggul lapindo. Setelah melewati U-Turn pertama air sudah tidak menggenang lagi. Dan, tak menunggu waktu lama lagi aku langsung melarikan motorku supaya yang basah ini segera kering. Supaya tidak njebeber benda yang berada didalamnya.
Jalanan Sidoarjo-Surabaya, sudah sepi aku bisa melampiaskan keinginan ngebutku disini. Rasanya dingin gimana gitu bercampur aroma lapindo, basah dan bau. Aku memilih jalur Jemur, Prapen - Manyar dari pada lewat A.Yani yang masih padat kendaraan.
Akhirnya, nyampe kosan. Buru buru lepas celana, mandi dan berganti pakaian. Taklupa mencuci jerohan yng basah dan bau lapindo. Lalu nulis blog ini deh. Selamat Malam dini hari dan selamat beristirahat.
Blogged with the Flock Browser